baru

Kamis, 07 Mei 2015

persahabatan segitiga 1-3

Bab 1
Jika kalian melihatnya, kalian mungkin akan sedikit merasa aneh ada laki-laki sepertinya. Laki-laki itu berbadan kurus dengan kulit sawo matang. Rambutnya lurus dan disisir ke samping. Wajahnya agak lonjong dengan dahi sedikit lebih lebar. Menandakan jika laki-laki itu adalah laki-laki yang cerdas. Matanya berwarna hitam dan tajam.
            Dia sedang duduk dengan kepala menghadap ke dinding. Meski wajahnya menatap lurus ke tembok, tapi, pikiran laki-laki itu sedang berada di tempat lain. yaitu, berada pada Sang Pencipta. Nama laki-laki itu, Muhammad Hakim Rasyid dan laki-laki bernama Hakim itu sedang berdoa setelah lepas shalat isya.
            Dia berada di sebuah sajadah berwarna hijau muda dengan gambar Ka’bah di tengahnya. Di ujung sajadah itu ada beberapa benang-benang yang sekarang sudah hampir rusak karena termakan usia. Tapi, tampaknya Hakim sendiri memang tidak terlalu tertarik untuk memperhatikan hal lain selain-Nya. Matanya yang hitam legam dan tangannya yang kurus terangkat ke atas menandakan jika dia benar-benar serius dalam berdoa.
            Mata laki-laki itu hitam legam. Tapi, matanya yang hitam itu seolah-olah memperlihatkan keteguhan dan juga ketegaran laki-laki itu. Di rumahnya sama sekali tak ada apa-apa.
            Dia benar-benar pria sederhana.
#####
Jim Davidson tak banyak bicara hari ini. Mukanya merenggut pertanda marah. Laki-laki berusia empat puluh tahun itu tak mampu untuk berbicara macam-macam. Walaupun dia sebetulnya ingin marah sekali.
Perusahaan tempatnya bekerja adalah perusahaan yang membawahi berbagai macam industri. Mulai dari baja, minyak mentah, obat-obatan dan berbagai macam industri lainnya. Karena itu jangan heran jika di tangannya ada jam tangan emas yang mahal. Mobilnya juga luar biasa dan laki-laki berbadan agak bungkuk dan berwajah seperti burung bangkai yang siap menuggu kematian mangsanya itu tak terlihat bahagia walaupun Veronika berulang kali menghiburnya.
“Sabar Tuan! Mungkin sebentar lagi Mr. Severe akan datang….” katanya sambil menggunakan tampang menggoda yang membuat nafsunya naik. Tapi, Michael mencoba menolak tawaran itu dengan memalingkan muka.
Dasar perempuan jalang !” katanya mendesis.
Tak ada satu orang pun yang tidak mengenal Veronica. Perempuan yang selalu membuat orang tergila-gila itu rela memberikan apapun demi apa yang diinginkannya. Karena itu sudah jadi rahasia umum jika dia mengalami kenaikan pangkat karena menyerahkan ‘sesuatu’ pada bagian kenaikan pangkat.
Jim mengusap keningnya yang basah karena mencoba menahan diri dari Veronica.  ‘wanita jalang’ itu menggunakan rok pendek dan baju berwarna merah padam. Lipstiknya tebal dan memamerkan sebagian dari ‘bagian dalam’ tubuhnya yang eksotis.
Veronica masih tetap mengganggu Jim sampai seseorang yang ditunggunya datang. Laki-laki itu tampaknya dilahirkan di dunia ini memang untuk dipuja dan digilai banyak wanita. Laki-laki itu berbadan tegap dan juga tinggi dengan badan yang meski tertutupi kemeja putih, tetap memperlihatkan otot-ototnya secara sempurna. Kulitnya putih bersih dengan wajah yang seolah-olah dipahat oleh para malaikat. Wajahnya itu berbentuk persegi panjang dengan dagu yang agak runcing. Hidung mancung dengan bibir merah muda yang sempurna. Tapi, matanya itulah yang paling sering membuat orang terpukau. Matanya itu berwarna biru cermerlang menandakan kecerdasan dan intelegensia yang tinggi. Laki-laki itu sangat sempurna untuk ukuran manusia.
Orang-orang yang melihatnya sering terpukau dengan wajah dan penampilannya yang rupawan.  Jim berdiri dan mencoba memberi salam pada bosnya.  Tapi, bosnya itu sama sekali tidak perduli.
Nama laki-laki itu Christian Severe IV.
Orang-orang menjulukinya dengan Malaikat yang Turun ke Bumi. Dia mengenakan sebuah anting berbentuk salib di sebelah kanannya yang terbuat dari emas murni. Ketika cahaya mengenai anting itu, cahayanya terpencar ke segala arah.
#####
Badannya tegap dan tingginya mungkin mungkin sekitar seratus delapan puluh lima sentimeter. Tak kalah dari laki-laki yang tadi.  Laki-laki itu berambut mohawk dengan cat yang merah  menyala. Di telinga kanannya ada enam anting dan begitu juga di telinga kirinya. Bibirnya kehitaman karena terlalu banyak merokok. Meski tertutupi oleh bajunya yang hitam dan sobek. Tapi, siapapun jelas bisa mengetahui jika laki-laki itu memiliki tato. Satu-satunya yang paling menarik adalah dari matanya. Matanya berwarna kuning keemasan atau yang lebh dikenal dengan sebutan amber[1].
Dia merokok dan membiarkan asap keluar dari mulutnya, mengepul ke udara. Laki-laki itu sedang menduduki seorang laki-laki lain.
“Lepaskan aku!” teriak laki-laki satunya.
Mereka sedang berada di sebuah tempat kumuh yang ada di belakang pabrik. Sampah dan bangkai hewan berceceran di mana-mana. Tiba-tiba seorang laki-laki berbadan kurus berlari ke arahnya dengan terburu-buru.
“Bos! Mereka datang!” katanya.
Laki-laki yang menyeramkan itu tampak tenang saja.
Benar saja, ada segerombolan laki-laki yang membawa rantai dan alat pemukul berlarian ke arahnya.  Laki-laki yang diduduki oleh laki-laki menyeramkan itu berusaha melawan, “Kau lihat? Kau akan mati!”
Tapi, si laki-laki menyeramkan itu hanya tersenyum mengejek.
Dia melepaskan rokoknya dan menginjaknya. Dia berdiri, setelah tak lupa menendang laki-laki yang tadi didudukinya sampai tak sadarkan diri. Dia melepaskan jaketnya dan benar saja. Dia mengenakan baju hitam tanpa lengan dan memperlihatkan sebuah tato abstrak yang berbentuk seperti api. Memanjang dari pergelangan tangannya, melewati  bahunya sampai ke lehernya.
Nama laki-laki itu, Alfa Century.
Orang-orang menjulukinya dengan sebutan Iblis Hitam. Mungkin, ada sekitar dua puluh orang yang berlari ke arahnya. Mereka membawa pemukul, pisau, bahkan rantai. Tapi, tampaknya dia tidak terganggu sama sekali. Orang-orang itu tak tahu, jika mereka akan hancur hari ini.



















Bab 2
Muhammad Hakim Rasyid
Jika, kau tanya aku. Tempat tinggalku tak lebih dari sebuah apartemen kecil yang sejujurnya tak bisa disebut rumah. Ketika aku mengatakan kata ‘apartemen’ pasti yang akan terbayangkan di benak kebanyakan orang ( Indonesia) adalah sebuah gedung mewah dengan berbagai macam peralatan yang modern. Tapi, sayangnya apa yang kusebut dengan ‘apartemen’ adalah sebuah kamar bekas gudang yang ada terpisah dari gedung aslinya. Apartemenku berada di lantai paling atas.
Di depannya kujadikan halaman, ada sebuah kursi goyang, sebuah meja panjang yang sering kugunakan untuk tempat duduk. Selain itu, di apartemenku hanya terdapat barang-barang yang murah dan kebanyakan merupakan barang bekas. Seperti komputer yang sudah sangat butut dan kadang selalu saja mati secara tiba-tiba.
Selain itu, di kamarku hanya terdapat sebuah kasur yang lumayan bagus (sangat lumayan sebetulnya) dan kupikir, kasur itu adalah salah satu barang mewah yang kumiliki –walaupun,  beberapa bagiannya sudah bolong-bolong dan sama sekali tidak bisa diperbaiki. Seperti juga lemari dan juga barang  yang lainnya. Kasur itu juga merupakan kasur bekas yang sudah tidak bisa dipakai lagi. Tapi, karena aku tidak punya uang yang banyak. Jadi, aku tetap menggunakan kasur yang butut ini.
Aku tinggal di The Bronx. Begini, New York City atau City of New York adalah salah satu kota terpadat di dunia. New York terletak di pelabuhan alami besar di pantai Atlantik Amerika Serikat Timur Laut. Ada lima borough[2] yaitu: Manhattan, Brooklyn, Queens, The Bronx dan Staten Island. Nah, aku tinggal di the Bronx yang merupakan borough paling utara. Satu hal yang paling menarik adalah bagaimana orang-orang yang belum pernah ke sini mengatakan jika the Bronx adalah sebuah kota yang kumuh.
Di the Bronx memang ada bagian kumuh. Tapi, bukankah hal semacam itu memang selalu dan dimanapun kita berada? Jangankan, di New York. Di Bandung saja, bukankah ada bagian-bagian kota yang indah. Tapi, ada juga tempat tinggal kumuhnya juga bukan?  Tempat tinggalku bukan tempat tinggal yang mewah seperti di Manhattan. Tapi, lebih sederhana dan juga lebih tenteram.
Kamar (yang bekas gudang ini) berada di atas apartemen yang asli. Apartemen ‘yang asli’ memiliki dua lantai dan beberapa bagiannya sudah rusak dan tidak bisa dipakai.  Enaknya, tempat tinggalku punya halaman tersendiri dan juga beberapa pot berisi bunga-bunga yang kutanam sendiri. Karena tempatnya agak tinggi. Jadi, jika mau masuk ke dalam  rumahku. Harus menaiki tangga yang tidak terlalu besar. Aku sudah tinggal di sini nyaris delapan tahun karena tidak lulus –lulus dari kuliahku di jurusan kedokteran.
Apartemen ini dimiliki oleh seorang haji yang pindah dari Pakistan ke kota ini. Namanya, Mohamed Hisyam (lafalnya Muhammad Hisyam, tapi orang barat memang lebih sering melafalkannya dengan pelafalan Mohamed). Pria itu berbadan gemuk dan berkulit sangat putih. Ditambah dengan jenggot dan kumis yang tebal –sebagaimana khas orang Arab kebanyakan- sampai kadang aku berpikir bagaimana jika dia flu? Bukannya malah akan membuat ingusnya mengalir kemana-mana?
Hubungan AS dan Islam yang pasang-surut tentu berpengaruh juga padaku. Mungkin, sekarang sudah sedikit lebih baik. Tapi, dulu jika terjadi ketegangan sedikit saja antara Amerika dan islam. Kami pasti akan jadi korban. Dulu, tetanggaku yang tinggal di apartemen dalam. Pernah dilempari batu oleh orang yang tidak dikenal. Akibatnya, dia harus dibawa ke rumah sakit karena batu itu mengenai matanya.
Hari ini ada banyak sekali  tugas yang harus dilakukan. Kebanyakan orang memilih menuliskan semua yang akan dilakukan dan mengaturnya sedemikian rupa. Sehingga nantinya tidak berantakan. Tapi, aku tidak melakukannya, karena aku sudah hafal semua jadwal-jadwalku. Selain sekolah kedokteran, aku juga bekerja sampingan sebagai penjaga buku di perpustakaan, penjaga restoran, penerjemah buku bahasa arab ke dalam bahasa inggris , jadi kasir di sebuah mall, jadi tukang dagang kaki lima dan kadang-kadang jadi tukang becak –di sini dikenal dengan sebutan pedcabe.
Begitulah, siklus hidupku. Walaupun dapat tunjangan dari beasiswa –dari mulai tempat tinggal sampai makan dan segala macam. Tapi, aku ingat seseorang yang lebih butuh dariku. Siapa dia?
Ibuku.
Ayahku sudah meninggal sejak lama. Karena itu yang jadi tulang punggung keluarga adalah aku. Aku yang harus repot sana-sini demi menghidupi satu orang ibu, empat orang adik. Lahan peninggalan ayah memang lumayan, tapi, jika dilihat sekarang, di mana harga-harga di Indonesia melambung tinggi. Harga dari tanah itu hanya cukup untuk makan. Sedangkan tentu saja adik dan semua keluargaku pasti butuh hal lain. Semuanya memerlukan biaya lebih. Untuk biaya sekolah, untuk membayar listrik dan tentunya untuk makan dan juga minum.
Aku sama sekali tidak berusaha sok elit atau berusaha agar kelihatan kaya. Tapi, aku benar-benar berusaha agar keluargaku hidup yang cukup. Karena itu aku selalu bekerja dengan keras. Setap hari senin aku akan pergi ke universitas untuk kuliah. Setelah itu langsung ganti seragam jadi seorang penjaga toko buku sampai sore. Terakhir jadi seorang pelayan restoran sampai larut malam. Jika beruntung dan tidak ada tugas apapun maka aku akan pulang sekitar pukul satu pagi. Tapi, jika ada tugas, aku bisa tidak tidur seharian penuh.
Karena itu, jangan heran, jika di mataku terkadang ada garis kehitaman pertanda kurang tidur. Mataku kadang bengkak karena kurang tidur. Tapi, seperti yang kukatakan, aku harus bekerja demi semua angota keluargaku. Semua anggota keluargaku harus hidup bahagia tanpa merasa kesusahan sedikitpun. Di kamarku ada berbagai macam tulisan, nasihat, perkataan orang hebat yang berfungsi untuk menguatkanku. Membuat semangatku naik. Walaupun kenyatan bukan karena itulah aku betahan. Aku bertahan karena sebuah perkataan ibuku yang jauh lebih mmebuatku semangat,
“Jadilah orang hebat nak! Kejarlah impianmu. Jadilah orang yang benar-benar bisa membawa kebaikan bagi dunia ini.”
Itulah sebuah kata-kata yang pertama kali diucapkan oleh ibuku kepadaku ketika aku pergi dari negeriku ke tempat asing ini. Dan sampai saat ini, kata-kata itulah yang selalu terngiang dalam kepalaku. Jika aku kehabisan stok semangat, maka aku akan mengingat ibuku dan membiarkannya membuat semangatku naik kembali. Begitulah siklus hidupku yang sebenarnya sangat membosankan. Tak kurang selama bertahun-tahun aku selalu melakukan ini tanpa ada waktu istirahat sedikitpun.
#####
Suatu  hari ketika seorang teman yang kasihan padaku membawa sebuah pekerjaan yang bisa membuat aku tidak perlu bekerja keras lagi –itulah yang dikatakannya. “Kamu tak perlu bekerja sekeras itu lagi. Jika kamu mau bekerja dengan sungguh-sungguh maka bukanlah tidak mungkin kamu bisa membeli sebuah apartemen baru yang lebih bagus.” katanya. Aku menjadi penasaran. Pekerjaan apakah  itu?
“Apa itu?” tanyaku penasaran. Pria yang membawaku itu adalah seorang TKI dari Indonesia. Namanya, Mahmud. Kulitnya sawo matang dengan wajah agak gelap dan hidung pesek. Kami kenal sudah cukup lama, meski selama ini aku selalu berusaha menghindarinya. Bukannya bermaksud, untuk berprasangka buruk. Tapi, dia memang bukan orang yang terlalu baik. Tapi, untuk yang satu ini aku ingin berprasangka baik padanya.
“Pokoknya, ikutlah dulu denganku. Kapan kau libur kuliah?”
“Rabu aku sudah libur selama seminggu.” kataku.
Mahmud mengangguk perlahan-lahan dan berkata, “Baik. Nanti, bawalah bajumu secukupnya. Kita akan pergi ke tempat yang jauh.” Setelah itu, kami naik kereta dan pergi dengannya ke salah satu tempat yang tidak terlalu kukenal. Dia membawaku sampai akhirnya kami sampai ke tempat yang dia maksud. Tapi, setelah mengalami perjalanan begitu jauh, pada akhirnya hanya kekecewaan yang kudapat.
 “Disini..” ujarnya.
Aku kecewa.
Sangat kecewa.
Tanpa berkata apa-apa lagi aku pergi dan tak mempedulikannya. Membiarkannya berteriak-teriak seperti orang gila kepadaku yang terus menjauh, “Kenapa kau menolak semua ini?! Hakim! Jadi orang jangan terlalu naïf! Kita hidup butuh duit! Kau juga harus melunasi biaya pendidikan adik-adikmu, kan?”
Aku terus berjalan tanpa memperdulikannya.
Tapi, Mahmud malah menarik tanganku dan berusaha membawaku ke sana.
“Apa kau gila?!”
Aku melepaskan genggamannya dengan keras dan kembali melangkah pergi. Rasanya menakutkan bagaimana dia melakukan ini padaku. Tempat yang dia maksud adalah sebuah  tempat perjudian yang cukup besar. Aku memang tak pernah ke sana. Tapi, tempat itu cukup terkenal di New York dan salah satu tempat perjudian terbesar yang ada di Amerika.
Aku tak bisa bekerja di sana.
Seandainya, bisa aku ingin hidup seperti Imam Ahmad yang menolak semua uang dari penguasa dan hidup miskin demi menjaga diri dari benda-benda ataupun harta-harta syubhat. [3] Tapi, aku tahu betul jika untuk keadaanku sekarang membuatku tidak bisa melakukannya. Aku hidup di negeri ini, hidup di sebuah negeri penuh kebebasan dan menganggap agama hanya sebagai penghalang menuju kebebasan. Tapi, setidaknya, bahkan meski aku harus memakan benda syubhat sekalipun. Aku tidak akan bekerja di tempat seperti itu.
Tidak akan pernah. 
            Aku tidak akan membiarkan penghasilan haram pada diriku dan keluargaku. Aku berjalan dengan tegas dan kuat. Sementara, Mahmud  masih saja berteriak tak karuan dengan bahasa jawa yang medok.
            “Kau orang tua yang kolot Hakim! Kau sangat kolot! Kau kuno!”
            Aku hanya berjalan perlahan sambil berkata, “Kau sangat menyedihkan Mahmud. Kau hanya hidup untuk uang. Kau tidak punya prinsip, pemikiran. Kau hanya hidup untuk uang. Kau sangat menyedihkan....”
Hujan tuba-tiba membasahi bumi. Membiarkan langit membasuhku dengan hujannya yang lebat.
“Ya Allah, aku seorang muslim. Aku tahu bahwa engkau Tuhanku. Tolonglah aku ya  Rabb! Maka tolong aku. Datangkanlah pertolongan-Mu yang akan membantuku keluar dari semua masalah ini....”
Tanpa sadar aku berdoa dan terus berlari.
Memasuki lorong yang menuju ke kereta bawah tanah. Walaupun saat ini perasaan sakit masih mendera hatiku yang kacau. Tapi, aku masih sadar hanya dengan keretalah aku bisa pulang. Uangku tak cukup untuk menaiki taksi. Jadi, dalam keadaan basah kuyup aku membeli tiket dan memasuki kereta dengan asal. Kemudian, duduk dengan asal pula.
Bismillah! kataku dalam hati.




[1] Amber adalah warna kuning keemasan dan warna coklat muda/ tembaga pada mata. Terjadi akibat pengendapan lipochrome  dan pigmen kuning pada iris mata. Salah satu warna mata paling langka di dunia dan disebut juga mata serigala.
[2] Borough adalah suatu bentuk pemerintahan khusus yang memimpin lima bagian konstituen tetap dari kota terkonsodilasi.
[3] Benda yang tidak jelas halal atau haramnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar