baru

Minggu, 24 Mei 2015

wangja 27

27
            Untuk pertama kalinya sejak tiga tahun. Tatapan mata So Hee menghujam langsung ke arah Kim San. Untuk kali pertama, mereka benar-benar bertatapan. So Hee berjalan ke arah Kim San. Aku tak tahu apakah itu perasaan benci atau memang begitulah cara So Hee menatap orang. Tapi, sama sekali tak ada keramahan ataupun senyuman pada wanita itu.
            “Apa kau yakin bisa melakukannya? Karena, aku sudah melakukan segala cara untuk membunuh diriku. Tapi, selalu saja ada yang menggagalkannya. Apa kau yakin bisa melakukannya?” tanya So Hee.
            Kim San hanya tersenyum menakutkan, “Kau mau kubunuh sekarang?”
            So Hee tahu jika apa yang dikatakan pria yang baru dikenalnya itu adalah serius.
#####
            So Hee duduk berhadapan dengan Kim San. Sementara, Jung Woo berdiri di samping San. Mendengarkan semua yang dikatakan Kim San dan menuruti semua perintahnya. Mereka sedang berada di apartemen San. So Hee sedikitpun tidak menyentuh kopi yang sudah dibuat Jung Woo.
            “Pekerjaan apa yang mau kau tawarkan padaku?”
            “Kau hanya perlu hidup sampai musim dingin berakhir.” kata Kim San.
            “Apa maksudmu?”
            Kim San tidak langsung menjawab. Dalam hatinya, ada sedikit perasaan aneh melihat So Hee bicara sebanyak itu. Selama ini, So Hee tak pernah sekalipun memperlihatkan emosinya. Tak pernah berbicara sebagai seorang manusia, So Hee yang dikenal Kim San adalah So Hee yang bukan manusia. Melainkan, hanya seorang kasir.
            “Begini, sebentar lagi aku akan menjadi penguasa penuh dari perusahaan dimana aku bekerja sekarang. Tapi, salah satu syarat utamanya adalah harus bersih dari korupsi uang perusahaan.” kata Kim San. Kemudian, dia kembali melanjutkan, “Sayangnya, aku sudah mengkorupsi uang perusahaanku sejak aku pertama kali bekerja di sana. Jika, sampai hal ini diketahui pihak perusahaan. Bukan, tak mungkin, aku akan langsung dipecat dan rencanaku untuk memiliki perusahaan akan hancur.”
            Kang So Hee hanya menatap San.
            “Jadi, kau yang harus menggantikanku. Kau harus menjadi karyawan di perusahaanku dan saat waktunya tiba. Aku akan membuat rangkaian cerita dan bukti palsu yang mengatakan jika kaulah yang melakukan semua pekerjaan kotor dan membuat perusahaan rugi.”
            “Tapi...” kata So Hee perlahan-lahan. “Aku tidak bisa bekerja kantoran.”
            Kim San menatapnya datar, “Kau tak perlu bekerja di sana. Kau hanya harus menjadi pegawai di sana. Aku akan membuat semua yang kau perlukan. Kau tidak perlu datang ke kantor. Tidak perlu bekerja. Kau hanya harus hidup sampai musim dingin ini berakhir. Setelah itu.......”
Kim San menatap Jung Woo dan langsung mengangguk mengerti.
Dia membawa sebuah koper dari kamarku dan membukanya. Ada sepucuk pistol di sana. Jung Woo menjelaskannya dengan singkat, “Ini revolver. Senjata api dimana peluru dimasukkan kedalam tabung berputar. Ini adalah revolver dengan kaliber 44 berisi 7 peluru. Kau tak perlu mempelajari untuk menggunakannya. Kau hanya perlu menembaknya maka semua peluru akan keluar dengan otomatis.”
            “Apa ini akan menjadi milikku?” tanya So Hee.
            “Ya..” kata Kim Sam sambil mengangguk. “Terserah kau mau siapa yang melakukanya. Kau, orang lain atau bahkan, aku sendiri akan melakukannya dengan senang hati. Atau kau mati dengan cara lain? Aku bisa menyiapkannya untukmu. Aku bisa melakukan apapun yang kau mau.”
            “Tidak.” kata So Hee dengan cepat. So Hee tahu apa yang sedang dilakukannya. Dia memang ingin mati. “Aku akan menuruti semua perintahmu. Tapi, kau harus berjanji akan menyerahkan senjata ini padaku. Tak perduli siapa yang akan membunuhku nanti. Pistol ini harus tetap menjadi milikku.”
            “Terserah kau.”
            So Hee menggerakkan tangannya menyentuh pistol itu dan tatapan matanya sedikit berubah. Aku benar-benar tidak tahu apa yang harus aku tulis saat melihat ekspresinya. Matanya tidak bisa dikatakan senang, tapi juga tidak bisa dikatakan ketakutan. Hanya, seperti seseorang yang akhirnya mendapatkan apa yang selama ini dia inginkan.
            Jung Woo menatap So Hee heran.
Tapi, -seperti biasa- Kim San sama sekali tidak memperdulikannya. “Selain itu, kau harus berhenti bekerja di supermarket dan datang ke sini setiap hari. Bersihkan tempat ini dan kau harus tetap di sini sampai malam tiba. Aku akan membayar biaya hidupmu selama kau bekerja denganku sampai nanti kau mati. Aku akan memberikan pistol itu jika nanti saat kau sudah dijadikan kambing hitam. Sehingga, satu-satunya yang kau perlu lakukan hanya meninggalkan dunia ini.”
            “Kau tidak boleh marah atau memprotes apapun yang kulakukan padamu. Kau tidak boleh tidak setuju. Kau harus patuh dan tunduk padaku.” kata Kim San.
So Hee mengangguk dan dia setuju.  “Antarkan dia pulang!” perintah Kim San pada Jung Woo. Dia mengangguk dan mengajak So Hee pulang. Saat, So Hee berdiri dan berjalan mendekati pintu. Kim San berkata, “Ah, aku lupa!”
Kim San meletakkan gelas yang berisi kopi dan  berdiri. Lalu, berjalan ke arah So Hee dan memegang tangannya.
            Lalu, menariknya ke dalam pelukan San.
            Kim Sa mengecup bibir So Hee dan berbisik dengan nada halus di telinganya.
“Satu hal lagi, mulai sekarang kau adalah kekasihku.”

            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar