28
Kim San sekali lagi memandangi kota
Seoul yang kini terkubur salju. Kim San meneguk perlahan-lahan kopi hangat yang
dari tadi masih belum habis. Dia tidak melakukan apa-apa. Hanya, berdiri
memandangi pemandangan dari apartemennya. Hanya tinggal beberapa langkah lagi
dan semua rencananya akan berhasil. Aku bertanya-tanya apa yang harus kutulis
sekarang.......
Selalu ada jeda saat kisah akan
mencapai klimaks.
Mungkin, inilah saat aku perlu
memberikan jeda bagi kisahku.
Bahkan, di sini, saat kutuliskan
kisah ini. Langit kembali mendung. Dulu, aku sering bertanya-tanya dimana
sebenarnya hal yang bisa membuat kita bahagia. Aku sama sekali tidak mengetahui
hal itu. Ada kalanya, aku merasa semua yang aku lakukan sia-sia dan jalan yang
ingin kutempuh semuanya tertutup. Saat itu, aku bertanya-tanya dimana jalan
keluar sesungguhnya.
Tapi, mungkin, memang perlu waktu
dari segala sesuatu. Jalan satu manusia dengan manusia yang lain. Berbeda.
Tidak sama dan tidak akan pernah sama. Kim San juga sama, dulu dia mencoba
segala hal agar bisa keluar dari rumah dan semua hal itu sama sekali tidak ada
yang berhasil. Semua jalan itu tertutup. Seolah-olah dia akan tertahan
selamanya di sana.
Kemudian, jalan itu akhirnya terbuka
dan mungkin seolah-olah balasan karena semua jalan yang tertutup dulu, sekarang
nyaris semua yang Kim San ingin lakukan, bisa dia kerjakan.
Lamunan Kim San terganggu karena
Jung Woo masuk ke dalam apartemen. Dia menundukkan badannya, “Aku sudah
mengantarnya seperti permintaan Anda.”
“Bagus. Kau boleh pulang.” kata San.
Ayah Kim San, pasti akan marah besar
jika dia tahu apa yang sudah Kim San lakukan untuk sampai ke tahap ini. Kim Jo
Myung pasti akan menghalangi San untuk melakukan balas dendam ini. Jo Myung
adalah pria yang baik. Dia mempercayai adanya balasan atas kebaikan dan
keburukan yang manusia kerjakan. Bahkan, Kim San yakin meski dia mengatakan
balas dendam ini untuk ayahnya. Kim San yakin ayahnya tetap akan melarangnya.
Apalagi, jika dia tahu Kim San telah menjadi iblis demi balas dendam ini. Tak
ada lagi rasa kasihan dan ampunan.
Dia akan menghancurkan Park Jae
Seong, Choi Jin Hee dan juga anak mereka.....
Park Min Ho.
“Apa yang akan kau lakukan pada So
Hee?” tanya Jung Woo.
“Memanfaatkannya.” kata Kim San
pendek.
“Ta...tapi.....” kata Jung Woo
perlahan dengan tatapan menunduk ke lantai. “Saya kira Anda merasa simpati
padanya.”
“Simpati? Apa kau gila?” kata Kim
San.
“Lalu, kenapa Anda menunggunya
selama tiga tahun? Mengikutinya, setiap kali dia pindah? Saya pikir, Anda
merasa simpati padanya dan ingin membuatnya tatapan matanya yang penuh dengan
keinginan untuk mati itu berubah?”
Kali ini, Kim San membalikkan
badannya dan meletakan cangkir kopi ke atas meja.
“Kalau begitu kau salah paham.....”
kata Kim San sambil menyilangkan kedua lengannya di dadanya. Kim San kemudian
melanjutkan perkataannya yang belum selesai, “Aku menunggu So Hee selama tiga
tahun untuk memastikan jika tatapan matanya tidak berubah. Jika, dia tetap
ingin mati sampai kapanpun. Aku bisa memanfaatkannya untuk menjadi kambing
hitam sesuka hatiku. Dengan begitu, dia
tak akan berhianat padaku. Menjadikan orang baik sebagai pionku sangatlah
merepotkan. Karena, mereka pasti akan menggagalkan rencanaku.”
“Kalau
saja, hatinya berubah karena cinta. Maka, aku tak akan menggunakannya karena
hal itu akan merusak rencanaku. Karena, dia pasti tidak mau melakukan semua
yang kuperintahkan padanya. Tapi, jika dia tetap ingin mati dan depresi seperti
sekarang. Dia -dengan senang hati- akan menuruti keinginanku dan tidak akan
pernah lagi memperdulikan apapun di dunia ini. Sebab, satu-satunya tujuan
hidupnya adalah mati.”
Jung Woo gemetar.....
“Kenapa? Apa kau selalu takut
padaku?”
“Ya.” akunya. “Kau benar-benar
menakutkan.”
Kim San mengambil kembali kopi dan
meneguknya perlahan-lahan. Kemudian, melihat
kembali pemandangan kota Seoul yang dingin berselimut salju. Jung Woo
ternyata masih tetap berdiri di belakang Kim San tanpa sedikitpun bergerak. Kim
San sendiri tidak terlalu perduli hal itu dan terus menikmati kehangatan yang
muncul akibat dari kopi yang diminumnya.
Jung Woo tiba-tiba berteriak,
“Kenapa kau berbeda sekali dengan So Hyun? Kenapa kau begitu jahat”
Kim San membalikkan badannya dan
sekali lagi mereka saling berhadapan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar