baru

Senin, 25 Mei 2015

Persahabatan Segitiga 7

 7
Alfa menarik tangannya dengan keras dan mendengus kesal. Lalu, melangkah pergi menjauh. Hakim terjatuh ke  tanah dan memegang lehernya yang sesak. Dia menarik nafas perlahan-lahan, berusaha agar aliran nafasnya kembali normal. Tiba-tiba seorang anak kecil dengan rambut dikuncir dua dan wajah penuh dengan bintik merah yang sejak tadi bersembunyi dibalik tubuh besar Chris keluar.
“Kau tidak apa-apa?” tanya anak itu.
Hakim mengangguk.
Hakim berdiri perahan-lahan dan dia bertanya pada anak kecil itu. “Apa kau tahu dimana kami sekarang?”
“Siapa namamu?” tanya Hakim tanpa menunggu jawaban dari anak kecil itu. 
“Lisa Hamsworth.” katanya dengan lugu. Chris-lah yang tadi berteriak. Untung saja, Christian tadi berteriak sehingga Hakim juga bisa terselamatkan. Matahari sudah mulai menggelincir perlahan-lahan. Tiba-tiba seorang ibu berbadan gemuk datang tergopoh-gopoh ke arah mereka. Wajahnya memperlihatkan kekhawatiran yang sangat.
“Lisa! Bukankah, sudah kukatakan agar tidak keluyuran!” teriaknya.
Anak kecil itu hanya menggelengkan kepalanya sambil cemberut dan menggelengkan kepalanya. “Tapi, Bu! Ini bahkan belum sore.” katanya dengan tegas dan keras. Ibunya menatap mereka berdua dari ujung kaki hingga ujung kepala.
“Apa kalian baru datang?” tanyanya. Hakim mengangguk dan Chris hanya diam. Masing-masing mereka sama-sama menyadari jika baru mereka berdualah manusia yang mereka temui di tempat ini. Dimana tempat ini? pikir mereka lagi. Tapi, ketika Hakim akan bertanya lagi kepada mereka. Tiba-tiba saja ibu itu sudah melangkahkan kakinya pergi meninggalkan mereka.
Chris masih sempat mendengar anak kecil bernama Lisa itu berkata, “Tapi, ini baru akan sore. Apa kau pikir mereka akan datang?”
#####
            Malam sebentar lagi akan datang. Bagaimanapun, mereka belum mendapatkan transportasi untuk bisa pergi dari kota ini. Karena, tak ada satupun orang yang mereka temui kecuali dua orang ibu dan anaknya tadi. Chris berjalan seorang diri sementara Hakim juga sudah berpisah dengannya. Bagaimanapun, masing-masing mereka tidak saling mengenal dan tidak ada alasan bagi mereka untuk bepergian bersama.
            Alfa Century sudah akan mabuk karena terlalu banyak minum bir yang dia ambil secara paksa dari beberapa mesin minuman yang ada di seberang jalan. Mesin-mesin itu rusak karena dihajar olehnya.  Bagi Alfa, dia tidak terlalu memikirkan apakah di tempatnya sekarang ada manusia atau tidak. Bukannya dia tidak memperhatikan, tapi, dia benar-benar tidak perduli.
            Malam mulai menjelang dan bintang-bintang tampaknya enggan keluar memperlihatkan dirinya. Bahkan, bulan yang biasanya ada, pada akhirnya hanya bersembunyi di balik gelapnya malam. Menyelimuti dirinya sendiri dengan kegelapan sehingga tidak bisa dilihat oleh siapapun. Bangunan-bangunan tampak gelap dan kosong. Beberapa kaca sudah pecah dan sama sekali tidak terurus. Sampai detik ini,  Alfa tidak bertemu dengan siapapun.
            Christian Severe IV memejamkan mata di kursi yang berada di halte bus. Dia tidak sedang melakukan apa-apa. Hanya diam dan mendengarkan. Chris sedang tidak ingin untuk mabuk dan dia juga tidak ingin bermain dengan wanita manapun. Alasannya sederhana, karena semua barang-barangnya tertinggal di dalam mobil dan dia tidak membawa apapun kecuali pakaian yang dikenakannya sekarang.  Tak ada suara apapun atau siapapun. Hanya dirinya dan kegelapan. Karena, menurutnya hanya itu satu-satunya cara yang bisa dia lakukan sekarang. Hanya diam dan menunggu.
            Perlahan-lahan tapi pasti dirinya mulai mendengar sebuah suara......
            Di tempat lain, Muhammad Hakim Rasyid mengangkat kedua tangannya sambil mengucapkan takbir dan kemudian rukuk dengan punggung tegak dan rata seperti yang diajarkan hadis nabi. Matanya melihat ke arah tempat sujud dengan patuh dan tunduk pada Yang Maha Kuasa. Hakim melaksanakan sholat maghrib dengan beralaskan koran bekas di sudut kota itu. Hakim sudah berusaha mencari mushola hanya saja sampai sekarang dia belum menemukan tempat lain untuk sholat. Akhirnya, dia mengambil sebuah koran yang masih bersih tapi sepertinya dibuang pemliknya. Lalu, menghamparkan di atas jalalanan dan sholat di atasnya.
            Pikiran Hakim sedang tertuju pada-Nya.
Hanya pada-Nya.
Tak menyadari jika sejak malam itu, takdir mereka bertiga benar-benar telah terikat dalam sebuah ikatan yang mungkin tidak akan bisa diputuskan oleh siapapun kecuali  Pemiliknya.
Woo ternyata masih tetap berdiri di belakang Kim San tanpa sedikitpun bergerak. Kim San sendiri tidak terlalu perduli hal itu dan terus menikmati kehangatan yang muncul akibat dari kopi yang diminumnya.

            Jung Woo tiba-tiba berteriak, “Kenapa kau berbeda sekali dengan So Hyun? Kenapa kau begitu jahat”

            Kim San membalikkan badannya dan sekali lagi mereka saling berhadapan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar